Artha Ratu Nauli

An over-thinker. Adventurer.
Graduated as Petroleum engineer.
Super random person you'll ever meet.

April 30, 2012

Memanusiakan Manusia

Saya bingung, kenapa sistem pendidikan membuat masyarakat mengukur kesuksesan pendidikan itu sendiri dengan strata akademik?
 Mengapa perusahaan-perusahaan besar hanya sangat percaya melanjutkan regenerasi pada lulusan dengan indeks prestasi yang mentok sempurna? 
Kenapa anak yang sudah bisa membaca saat berumur di bawah 5 tahun, menghapal perkalian hingga menghapal nama-nama menteri dianggap akan sukses dengan gemilang sementara anak seumuran yang masih suka memainkan ingus, main tanah, menyoret dinding, mengotori seluruh rumah, mencekik anak ayam warna-warni, memutilasi boneka barbie, katakanlah paling positif diberi apresiasi ala kadarnya seperti :”yah, namanya juga anak-anak“. 
Kenapa anak yang biasanya rangking satu, yang biasanya mendapat nilai 10 dalam matematika, menggambar pemandangan lengkap dengan gunung sawah dan dangau disebut cerdas dan berbakat, lalu anak yang menggambar sesuatu yang susah didefinisikan dalam bahasa manusia dianggap bermasalah dalam koordinasi otak dan jari? 
Kenapa orang tua dengan anak-anak yang tidak bisa rangking di kelas selalu berkecil hati dan merasa menjadi orangtua paling malang tingkat internasional? 
Kenapa pendidikan jadi begitu sempit? 
Kenapa pendidikan hanya terdefinisi dalam dimensi sekolah formal? 

kenapa oh kenapa? 

padahal pendidikan -katanya- adalah proses memanusiakan manusia.



Dikutip dari: http://dwiyoshafetriyuna.wordpress.com/
Sebuah pemikiran yang juga sudah sangat lama membanjiri otak saya yang terbatas ini. 

0 Kommentarer: