Artha Ratu Nauli

An over-thinker. Adventurer.
Graduated as Petroleum engineer.
Super random person you'll ever meet.

April 16, 2012

Padang Bulan


Siapa sih yang tidak kenal, atau setidaknya pasti pernah mendengar, Laskar Pelangi. Megakarya yang berawal dari novel dan kemudian difilmkan. Nah masih dengan penulis yang sama, Andrea Hirata, sebuah mahakarya kembali lahir, Dwilogi Padang Bulan. 

Sebenarnya buku ini bukanlah buku baru terbit. Terbit sekitar tahun 2010. Pada awal rilisnya, buku ini dikemas dobel dengan 'pasangan'nya, Cinta Dalam Gelas. Namun, lately, saat saya (akhirnya) beli, satu minggu yang lalu, package-nya sudah dipisah. Dijual terpisah antra Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas.

Untuk Padang Bulan, selain tentu saja bercerita mengenai Ikal di negeri Belitongnya, juga menyisipkan kisah seorang Enong. Gadis yatim dengan empat orang adik dan seorang ibu yang menjadi janda. Setelah kepergian ayahnya yang meninggal terkubur tanah tambang timah, tinggallah ia sebagai anak pertama yang kala itu masih kelas 6 Sekolah Dasar, terpaksa putus sekolah dan bekerja demi menopang perut-perut kelaparan di dalam rumahnya. Anak yang tidak pernah patah asa, dengan Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata pemberian almarhum Ayahnya sebagai 'jimat' penyemangat, membuat gadis ini terus berjuang serta kecintaannya pada Bahasa Inggris -excitement terhadap ilmu pengetahuan,yang merupakan salah satu ciri khas karya Andrea Hirata-  memberikan sedikit warna ke dalam kehidupan nasibnya yang didominasi abu-abu.

"Orang-orang itu telah melupakan bahwa belajar tidaklah melulu untuk mengejar dan membuktikan sesuatu, namun belajar itu sendiri adalah perayaan dan penghargaan pada diri sendiri"

"Janganlah berputus asa. Lihatlah kakak, ni, dari kecil Kakak susah. Cobaan datang bertubi-tubi, tapi mana pernah Kakak patah harapan. Tak pernah! Hidup ini harus tabah--Enong"

Sementara itu, Ikal yang sama sekali tidak bisa melupakan A Ling, memutuskan untuk secara nekat membawa lari perempuan Tionghoa itu ke Jakarta, dengan konsekuensi cap sebagai anak durhaka melekat dikeningnya karena berarti secara gamblang menentang sang ayah yang tidak merestui hubungan keduanya yang berbeda keyakinan. Ditengah rencana pelarian tersebut, tiba-tiba hadir seorang pemuda yang nyaris lebih segala-galanya dibanding Ikal, meredupkan seluruh rencana. Pria melayu itu cenderung 'gila' karena cemburu dan patah hati.

"Adapun aku, adalah orang yang rela melakukan upaya apapun meskipun konyol dan tak masuk akal, untuk merebut kembali cinta yang telah direbut orang lain."

"Aku tak dapat melihat Zinar tanpa merasa cemburu. Aku tak dapat melihat A Ling tanpa merasa patah hati. Aku tak dapat melihat ibuku tanpa merasa malu. Dan aku tak dapat melihat ayahku tanpa merasa bersalah."

"Cemburu dan patah hati telah menghancurkan setiap sendi diriku, juga keindahan menunggu hujan pertama itu."

"Cinta, butuh perjuangan, Boi. Jangan kau sangka mudah!" 

Pendeskribsian karakter tokoh, suasana tempat, dan peristiwa, membuat kita merasa benar-benar berada di Belitong. Di Tanjung Pandan. Di Warung Kopi 'Usah Kau Kenang Lagi'. Bahkan di gudang tua bekas pencucian instalasi timah. Ditambah dengan nasehat - nasehat kehidupan dalam bahasa rakyat kampung yang sederhana tapi mengena. Membuat novel ini terasa lezat namun tidak akan membuatmu eneg.

"Ini aku! Putra ayahku! Berilah padaku sesuatu yang besar untuk kutaklukkan! Beri aku mimpi-mimpi yang tak mungkin karena aku belum menyerah! Takkan pernah menyerah. Takkan pernah!"


---




*picture is taken from: Andrea-Hirata.com

*selanjutnya: Cinta Dalam Gelas. Sabar ya.. ini lagi baca. :)) "







 





0 Kommentarer: